Keberadaan tempat wisata yang berada
di kawasan kota Batu, disadari atau tidak pasti memberi dampak. Tanpa
terkecuali untuk desa Oro-oro Ombo tempat dimana Jawa Timur Park 2 berdiri, dimana sekitar Jawa Timur Park 2 terdapat 2 obyek wisata buatan yaitu BNS (Batu
Night Spectaculer) dan juga Batu Secret Zoo. Untuk bisa menikmati pemandangan
alam pegunungan, seorang wisatawan bisa menyewa homestay yang banyak tersebar di kawasan kaki Gunung Panderman,
Desa Oro-Oro Ombo. Untuk sewa perharinya, pemilik homestay memasang tarif mulai Rp 150 ribu hingga jutaan rupiah per
malam. Sebelum terdapat tempat
atau sarana wisata seperti Jatim Park 2, dahulu warga Desa Oro-oro Ombo yang
hanya berdasarkan pada sektor tani dan belum ada tatanan struktur perekonomian
yang memadai dalam perekonomian mereka. Keberadaan sarana dan prasarana di
wilayah Desa Oro-oro Ombo kota Batu tidak dapat di pungkiri memberi dampak baik
positif maupun negatif. Dampak yang dapat diamati misalnya berdiri
bangunan-bangunan yang memberi jasa penginapan atau yang biasa disebut homestay, rumah makan serta jasa
transportasi (ojek).
Pariwisata bukanlah suatu kegiatan
yang beroperasi dalam ruang hampa. Pariwisata sangat terkait dengan masalah
sosial, politik, ekonomi, keramah-tamahan, kemaanan, ketertiban, kebudayaan,
kesehatan, dan seterusnya, termasuk berbagai institusi sosial yang mengaturnya.
Sehingga pariwisata telah terbukti menjadi salah satu prime mover dalam perubahan sosial, budaya dan ekonomi dimana munculnya pariwisata itu sendiri bisa
memberikan makna rangsangan kreatifitas tentang proses pemanfaatan segala aspek
modal yang ada di masyarakat.seperti yang dikatakan oleh Muin bahwa ;
“Marine
ono jatim park mas hasil panen jagungku
sing biasane tak dol nang pasar kene saiki tak ganti, aku buka usaha dewe
jagung manis, hasile oleh luweh akeh ketimbang aku dodolan nang pasar sak porsi
jagung ngene tak dol 5ewu,lek nang pasar aku ngedole kiloan”
Terjemahan: Semenjak adanya jatim park 2 hasil
panen jagung saya yang biasanya saya
jual di pasar sekarang sudah saya ganti, saya buka usaha sendiri yaitu jagung manis,
penghasilan yang saya dapatkan lebih banyak daripada saya berjualan di pasar,
satu porsi jagung saya jual sebesar lima ribu rupiah, kalau dipasar saya
jualnya kiloan.
Pernyataan
diatas menggambarkan bahwa pariwisata di Desa Oro-Oro Ombo sendiri telah
berhasil memberikan peningkatan kreatifitas penduduk dalam menjual hasil bumi
mereka sehingga nantinya pariwisata itu sendiri ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan warga sekitar. Pariwisata menjadi penting dalam pengembangan
ekonomi, karena kegiatannya mendorong perkembangan dalam sektor perubahan
sosial ekonomi masyarakat misalnya meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan
pembangunan dan pembaharuan fasilitas wisata serta meningkatkan kreatifitas
masyarakat untuk meningkatkan pendapatan.
Peningkatan ekonomi masyarakat yang
tumbuh begitu pesat di Desa Oro-Oro Ombo tidak lepas dari banyaknya kebutuhan
wisata yang sangat dibutuhkan para wisatawan. Sehingga besar peluang masyarakat
dalam menyikapi kesempatan ini misalnya, para wisatawan yang membutuhksn tempat
penginapan sementara dan masyarakat atau pemerintahan daerah setempat
menyediakan tempat yang siap untuk disewakan seperti homestay dan villa. Disamping itu juga masyarakat menyediakan
sarana prasarana wisata seperti cinderamata, ojek, warung makan dan kebutuhan
lainya. Usaha keras yang dilakukan oleh masyarakat demi meningkatkan kehidupan
sosial ekonomi, sehingga pendapatan masyarakat bisa bertambah yang semula
penghasilannya hanya berasal dari pertanian dengan sekali panen hanya bisa menghasilkan
sebesar kisaran Rp.600.000-Rp.800.000,- dan tidak didapatkan tiap bulannya.
Sedang setelah dibangunnya sarana rekreasi Jatim Park 2 masyarakat sekitar yang
usahanya terkait dengan tempat pariwisata ini rata-rata bisa mendapat
penghasilan bersih kurang lebih sekitar Rp. 1.500.000-,. Seperti yang
diungkapkan ibu Basir 50
tahun Pedagang Bakso:
“aku
biyen tani mas, lha mulai enek nggon rekreasi iki aku mulai jajal dodolan
bakso. Aku dodolan bakso nang iki lak tak sawang luweh ngaselne dari pada
ndisek pas dadi buruh tani. Biyen panen olehe cuma 600 ewu sampe 800 ewu iku
pun kadang 3 ulan spisan. Saiki lak arep buruh tani yo tenogo mulai kurang,
sejene ngono seng di tokne gawe bibit, pupuk lan liyo-liyane gak nyucuk karo
rego sing di oleh pas panen.”
Terjemahan: “saya dulu jadi petani mas, lha ketika
ada tempat rekreasi ini saya mulai
mencoba jualan bakso. Saya jualan bakso ini kalau saya lihat lebih menghasilkan
dari pada dulu saat tani. Dulu hasil
panen yang saya dapatkan Cuma sekitar 600 ribu sampai 800 ribu itu pun
terkadang 3 bulan sekali. Sekarang kalau tani ya tenaga mulai kurang, selain
itu pengeluaran untuk bibit, pupuk dan yang lain tidak seimbang dengan hasil
panen.
Pendapatan masyarakat dengan
penghasilan perdaganganya yang semakin lebih baik dan mendapatkan hasil yang
berlebih ketika hari-hari liburan. Sehingga dibandingkan dengan hasil penen
yang 3 bulan sekali panen, maka dengan hasil berdagang lebih sangat menguntungkan.
Maka dengan hasil berdaganganya yang menguntungkan itu masyarakat mulai
memenuhi kebutuhan yang lebih banyak dan bekualitas baik kebutuhan primer
maupun sekunder, sehingga bisa menjadi indikator masyrakat lebih cerdas
mengatur dalam perekonomian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar